ABU MUAZ
AL-KUWAITI
Abu Muaz Al-Kuwaiti (Adil Al-Ghanim), berasal dari
Kuwait. Komandan Mujahidin
Asing. Syahid dalam operasi Miracle pada tanggal 21
Juli 1995, sebuah operasi militer
yang dilakukan untuk merebut kembali wilayah Muslim
yang dirampas tentara Serbia.
Berumur akhir dua puluh. Kisah dari orang pertama.
Abu Muaz adalah anak seorang gubernur di Kuwait. Ia juga seorang
atlet nasional Kuwait.
Ia memegang rekor nasional Kuwait dan pernah mengikuti Olimpiade.
Abu Muaz mengikuti jihad di Afghanistan selama enam tahun. Dalam masa itu,
setiap beberapa bulania kembali ke Kuwait untuk menggalang dana dan kesadaran kaum
muslimin tentang Jihad di Afghanistan. Ia berkeliling ke masjid-masjid di Kuwait, dan
berdiri memberikan ceramah seusai shalat berjamaah, untuk mengingatkan mereka tentang
kewajiban membantu saudara saudara seiman di Afghanistan.
Abu Muaz tiba di Bosnia pada 04 Mei 1994 dan segera dipercaya
menjadi komandan
mujahidin asing, karena pengalaman militer dan organisasinya
selama jihad di Afghanistan.
Ia seorang mujahid yang sangat tawadhu. Dalam Operation Miracle di
bulan Juli 1995,
karena posisinya yang senior, Abu Muaz tidak ditempatkan dalam
regu penyerbu. Hal ini
membuatnya sangat sedih.
Setelah operasi ini selesai, Abu Muaz pergi ke puncak gunung dan
mengkonsolidasi pasukannya. Ia kemudian terkena tembakan di kakinya dan gugur
sebagai syuhada. Empat
hari kemudian, seorang mujahid yang berasal dari Madinah
Al-Munawarrah yang juga
berjihad di Bosnia melihatnya di dalam mimpi. Ia melihat Abu-Muaz
kembali ke masjid di
dalam kamp mujahidin di garis depan. Mujahid itu menuturkan,
"Saya melihat Abu-Muaz bertemu dengan para mujahidin, semua
orang tampak gembira
bertemu kembali dengannya. Tampak kaki bagian atasnya dibalut,
tepat dimana ia tertembak. Saya merasa heran, bagaimana mungkin ia berada di sini
jika ia seharusnya syahid? Maka saya dekati dia, kemudian saya bersalaman dengannya
dan bertanya,
'Abu-Muaz, mengapa engkau di sini? Apakah engkau
syahid atau tidak?’
Ia berpaling dan tidak mengatakan apa-apa. Kemudian, saat tidak
ada yang melihatnya, ia
segera menuju ke pintu keluar masjid. Saya tahu dia akan keluar
dan pergi, jadi saya menunggunya di pintu keluar masjid. Ia meninggalkan masjid dan
pergi keluar. Kemudian
saya melihat sebuah lempengan di bawahnya yang mengangkatnya naik
ke arah langit. Saya
kemudian mengejarnya, menangkap kakinya dan berkata,
'Abu-Muaz! Saya mohon beritahu saya apa yang terjadi!
mengapa engkau di sini? Apakah engkau
syahid atau tidak?’ Ia menjawab, 'Ya, saya syahid.'
Saya bertanya padanya, 'Seperti apa mati syahid itu?’
Ia menjawab, 'Pada hari operasi itu, sebuah jendela terbuka di
langit menuju surga dan semua
mujahidin yang akan syahid pada hari itu pergi
melalui jendela itu langsung menuju surga.’
Saya kemudian bertanya, 'Bagaimana rasanya mati syahid?'
Ia menjawab,’Engkau tidak merasakan apapun. Begitu engkau mati,
muncul dua gadis cantik
berambut pirang yang mengantar engkau ke surga.’
Aku bertanya, 'Seperti apa surga itu?'
Abu-Muaz menjawab, 'Bukan cuma satu surga, tapi banyak surga! '
Saya bertanya lagi, 'Bagaimana dengan kenikmatan dan
kesenangannya?’
Ia menjawab, 'Setiap hari dan di setiap tempat.'
Abu-Muaz kemudian berkata, ‘Sekarang lepaskanlah aku.'
Maka saya kemudian bertanya pada Abu-Muaz, ‘Satu pertanyaan
terakhir, dapatkah engkau
memberitahu saya, apakah saya akan mati syahid?’
Abu-Muaz mengatakan, 'Saya tidak dapat mengatakannya padamu'
Maka saya kemudian bertanya, ‘Dapatkah engkau memberitahu saya,
dengan datang dalam
mimpiku beberapa hari sebelum saya mati?' dan Abu-Muaz menjawab,'Saya akan mencoba. Sekarang lepaskanlah saya.'
Seorang mujahid lainnya yang mengenal Abu Muaz dengan dekat
menceritakan:
"Ia seorang yang sangat kaya di Kuwait, namun masih mengingat
kewajibannya terhadap
Jihad. Ia menghabiskan enam tahun di Afghanistan dan setelah
perang Afghanistan selesai,
ia datang ke Bosnia. Saudaraku ini berbicara sangat singkat, namun
jika ia bicara, ia akan
memberikan pelajaran tentang Islam dan berita akan apa yang
terjadi di Bosnia. Dan bila ia
berbicara, ia membuatmu merasa senang. Bahkan jika berita itu
berita yang paling buruk
sekalipun, ia membuatmu merasa senang mendengarnya. Karena akhlak
baiknya dan
pengalaman organisasionalnya, para ikhwan mujahidin memilihnya
menjadi komandan
seksi mujahidin asing.
Sebuah nikmat yang Allah berikan padanya adalah tafsir mimpi. Para
mujahidin biasa
bertanya tentang mimpi mereka padanya dan ia akan menjelaskan
artinya, dan sangat sering
penjelasannya sesuai dengan kenyataan. Saudaraku ini bekerja siang
dan malam untuk
Islam dan saudara-saudara mujahidin lainnya. Dan pada operasi
Miracle Allah mengambilnya sebagai seorang syahid. "
Ketika masih hidup, Abu Muaz pernah bercanda, ‘Jika saya mati,
jika Allah menerima saya
sebagai syuhada, ambillah gambar wajah saya dari kiri
ke kanan, agar orang-orang dapat melihat
apakah ini wajah seorang Arab atau bukan!’ Ia mengatakan ini untuk menjawab orang-orang
yang membantah adanya kehadiran mujahidin asing di Bosnia.
Nyawanya meninggalkan
tubuhnya dengan sebuah senyum khas di wajahnya dan video kamera
mengambil gambar
wajahnya dari berbagai sudut, sebagai bukti akan dua hal: (i)
bahwa ini adalah seorang
mujahid asing yang bukan berasal dari Bosnia dan (ii) untuk
menunjukkan bahwa sebagian
mujahidin syahid dengan senyum di wajah mereka.
Semoga Allah menjadikan engkau tetap tersenyum, wahai Abu Muaz,
dan mengangkatmu
bersama barisan para Nabi dan para mujahidin yang syahid
sebelummu. Amin.
“Sesungguhnya
tetesan darah yang pertama kali tercucur dari salah seorang di antara
kalian,
menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosanya oleh Allah, sebagaimana Dia
merontokkan
dedaunan dari dahan pepohonan, dan dua orang bidadari bergegas
menyongsongnya,
serta mengusap debu yang menempel di wajahnya, keduanya
berkata,’Selamat
datang bagimu.’ Dan dia pun menjawab,’Selamat datang bagi kalian
berdua.“
(Hadits Riwayat al-Bazzar dan Thabrani)
„Dari
Abu Hurairah ra, dia berkata : disebutkan perihal orang yang mati syahid dari
Nabi
SAW, beliau berkata : Bumi tidak akan kering dari darah syahid sehingga dua
orang istri bergegas menyongsongnya, seolah-olah mereka seperti dua ekor burung
yang baru disapih dalam sarangnya di suatu bumi, dan di tangan mereka masing-masing
daripadanya ada pakaian yang nilainya lebih baik daripada dunia dan
seisinya.“
(Hadits Riwayat Ibnu Majah)
Sumber
:www.azzam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar