Kusnadi, Berawal dari Mimpi Saya Mengenal Islam
kisahmuallaf.com – Bila ia tak mendapat mimpi itu saat SMP, tak pernah
terlintas dalam benak Ahmad Naga Kusnadi, 34 tahun, untuk memeluk Islam. Selain
faktor garis keturunan, dalam keluarga pria Tiong Hoa itu pun tak ada yang
beragama Islam. Semua menganut keyakinan Kong Hu Chu, termasuk dirinya.
Namun, sebuah peristiwa–yang semula
ia anggap aneh–dalam hidupnya, membuat Naga mulai tertarik Islam. Ia mendapat
mimpi yang menyeramkan. Dalam mimpi, ia melihat api mengelilingi manusia yang
tergantung di paku bumi. Begitu terbangun, ia merasa ketakutan.
“Saya menyaksikan manusia-manusia
digantung di sebuah paku bumi dan di kelilingi oleh api yang sangat besar”,
tutur Naga. Seusai mendapat mimpi Naga mengalami demam selama tiga hari.
Padahal sebelum itu kondisinya sehat-sehat saja.
Naga mencoba mengabaikan mimpi itu.
Selain menyeramkan, ia juga tak mampu menafsirkan apa arti mimpi tersebut.
Waktu berjalan, hingga suatu hari, ketika sudah di SMA, ia menjumpai kejadian
yang mengingatkan dirinya lagi terhadap mimpi tersebut.
Sewaktu ia berjalan di sebuah toko
buku, ia tiba-tiba berkeinginan untuk berhenti di rak buku bagian
Islam dan mengambil Al-Quran. Ia pun membuka dan membaca sebuah tafsir Al Quran
beserta terjemahannya.
Tak bisa membaca tulisan Arab,ia pun
hanya membaca teks terjemahannya saja. Membuka halaman secara acak, ia berhenti
di surat Al-Humazah. Ia sangat terkejut menemukan arti terjemahan potongan
surat tersebut sama persis dengan gambaran mimpi yang dia alami dulu.
”Terdapat api yang membakar dan kamu
lihat mereka di ikat di tiang yang panjang” Ucap Naga saat menjelaskan artian
dari surat yang ia baca. Ia terheran-heran mengapa mimpinya dulu bisa ada dalam
Al-Quran.
Dari sini lah Naga tertarik mengetahui
Islam. Setelah kejadian ini, ia mulai sering berdiskusi dengan teman-teman
Muslimnya. Tak sebatas berdiskusi dengan temannya, ia pun mencari tahu mengenai
Islam dari buku-buku tentang islam.
Tapi ia tak merasa cukup dengan
informasi yang ia peroleh. Banyaknya persepsi islam yang tumbuh dan berkembang
di Indonesia
membuat informasi serba simpang siur. Meski demikian, dorongan rasa ingin tahun
terhadap Islam malah kian besar. Alasan lain, ia masih belum memahami mengapa
arti mimpinya bisa ada dalam Al Qur’an.
Akhirnya ia memutuskan untuk
mengikuti pengajian di Masjid. Sayangnya ada sedikit kendala. Ada pandangan
yang mengatakan mereka yangbelum di khitan tak boleh masuk masjid. Naga yang
berkeyakinan Kong Hu Cu tentu saja belum dikhitan.
Tapi itu tak mengendurkan
semangatnya untuk terus memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ia pun
mengikuti pengajian dari luar masjid. Tak hanya mencatat dan mendengarkan, ia
bahkan mencegat Ustadz pengajian tersebut untuk meminta mengajarkan dan
mengenalkan islam pada dirinya.
“Saya pun rela mengunjungi rumah
ustadz tersebut untuk mengajari saya di rumahnya” papar Naga. Dari ustadz
tersebutlah Naga bisa mendapatkan ilmu tentang islam. Naga juga tahu bahwa
mimpi tersebut adalah gambaran mengenai neraka dan mengapa mimpi itu bisa sama
seperti di Al-Quran kemungkinan adalah sebuah hidayah untuk dirinya.
Tapi, ketertarikan Naga terhadap
Islam tak disambut baik oleh keluarganya. Mengetahui ia mulai belajar Islam,
mereka mulai mengambil jarak. Ia juga mendapat tekanan untuk menghentikan
kegiatanya tersebut. Hubungan Naga dengan keluarganya juga semakin rengang
Tekad Naga yang sudah bulat
mendorongnya maju terus dengan pendiriannya. Selepas dari bangku SMA, ia
memutuskan untuk tinggal di sebuah mess. Kebetulan ia langsung mendapatkan
pekerjaan begitu lulus.
Dua hari libur kerja, dimanfaatkan
betul oleh Naga untuk mempelajari Islam. Saat Sabtu dan Minggu ia kerap mengisi
dengan kegiatan mengaji dan membaca-baca buku.
“Setiap ada pangajian di hari Sabtu
atau Minggu, saya pasti mengikuti pengajian tersebut. Selain itu saya juga
sering ke toko buku untuk mencari buku yang bersikan pengetahuan islam,” kata
Naga.
Setelah lama belajar tentang islam,
Akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit mengikuti anjuran Islam. Hal pertama
yang ia lakukan adalah melakukan khitan. Tepat pada usia 22 tahun ia dikhitan.
Walau boleh dibilang terlambat, Naga tetap melakukan itu.
Ia beranggapan khitan juga baik
untuk kesehatan. “Andai nanti saya tak masuk Islam pun, khitan kan juga baik
untuk kesehatan”. Ujar Naga.
Dalam pencarian tentang Islam, ia
menemukan Masjid Lautze di daerah Pasar Baru, Jakarta. Di masjid itu juga
sempat mengikuti pengajian. Ia terus memperdalam Islam di masjid tersebut
hingga akhirnya tahun 2002 ia memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat di
Masjid ini.
Begitu masuk Islam, ia mengaku
merasakan keindahan yang tak ada taranya. Ia merasakan bahagia yang tak mampu
diucapkan dalam kata-kata.
“Semua tahu kalau gula itu manis,
tapi untuk menjelaskan kenapa gula itu manis itu sulit. Seperti itulah gambaran
saya mengenai bahagianya masuk islam, saya tak bisa jelaskan rasa bahagia
tersebut,” tutur Naga.
Kengininan untuk mendalami Islam tak
berhenti sampai di sini. Setelah resmi menjadi Muslim ia sering beraktivitas di
Masjid Lautze. Bahkan kini Naga ikut membantu mengurus kegiatan pengajian
muallaf di Masjid tersebut.
==00==
Selamat, Anda telah dipilih oleh Allah untuk mendapatkan hidayah-Nya, semoga bahagia Dunia - Akhirat, Aamiin . . . ;D
BalasHapus