Kamis, 27 November 2014
Sabtu, 15 November 2014
Jumat, 31 Oktober 2014
Terusir dari Telaga Rasul..
Bisa berjumpa dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di hari kiamat adalah dambaan setiap muslim. Terlebih
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjanjikan bahwa beliau akan
menunggu kita para umatnya di telaganya (al Haudh) untuk
bersama-sama minum air telaga itu. Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menunggu
kalian di al Haudh, telaga. Siapa yang mendatanginya, dia akan minum airnya.
Dan siapa yang minum airnya, tidak akan haus selamanya” (HR. Bukhari)
Allahu akbar, sungguh telaga yang luar biasa. Minum airnya sekali, tidak
akan haus selamanya. Siapa yang tidak ingin menikmatinya? Terlebih ketika itu
seluruh manusia dalam kondisi sangat kehausan. Setelah dijemur di mahsyar dalam
kurun waktu yang hanya diketahui Allah, sementara matahari didekatkan dalam
jarak satu mil. Apa yang bisa kita bayangkan? Manusia akan berlomba-lomba untuk
mendatangi haudh itu, agar bisa menikmati airnya.
Setiap Nabi Memiliki Telaga
Rasulullah bersabda, “Sungguh
setiap Nabi memiliki telaga. Dan mereka saling membanggakan siapakah yang
telaganya paling banyak dikunjungi. Aku berharap, telagakulah yang paling
banyak pengunjungnya” (HR. Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan al-Albani).
Hadis-hadis Tentang Haudh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Agar kita semakin memiliki harapan
untuk menikmati air telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita
perlu mengenal bagaimana gambaran telaga itu lebih mendalam?
Terdapat banyak dalil yang
menceritakan tentang telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berikut
diantaranya,
Pertama, dalil dari Al Qur’an, firman Allah (yang artinya), ”Sesungguhnya
Aku telah memberikan kepadamu Al Kautsar.” (QS. Al Kautsar : 1)
Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita, ”Ketika
saya berjalan-jalan di surga, saya melihat ada sungai yang dikelilingi permata
berongga. Akupun bertanya, ’Apa ini, wahai Jibril?’ (Jibril menjawab), ”Ini
adalah Al Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu”. Ternyata tanahnya dari
misk yang sangat wangi baunya” (HR. Bukhari)\
Sungai kautsar inilah yang menjadi
sumber air bagi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadis
dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan tentang haudh, beliau bersabda, ”Bermuara di telaga
itu dua aliran dari surga. Siapa yang minum airnya tidak akan haus selamanya”
(HR. Muslim)
Kedua, dalil dari hadis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menggambarkan telaga ini dengan sangat detail dan jelas,
layaknya kita melihatnya secara langsung. Berikut bebrapa hadis yang
menjelaskan Al Haudh,
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Telagaku
panjangnya sejauh perjalanan satu bulan. Sudutnya pojoknya sama. Airnya lebih
putih dari pada susu, baunya lebih wangi dari pada misk. Gayungnya seperti
bintang di langit. Siapa yang minum sekali, tidak akan haus selamanya” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Keterangan:
- Makna : ’Sudutnya pojoknya sama’, sebagian ulama menjelaskan, panjang dan lebarnya sama. (Syarh Shahih Muslim, Muhammad Fuad ’Abdul Baqi)
- Makna : ’Gayungnya seperti bintang di langit’, gayungnya sebanyak bintang di langit dan gemerlap seperti bintang di langit. (Ta’liq Shahih Bukhari, Musthofa Dib Bugho)
Kemudian hadis dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Telagaku
panjangnya lebih jauh dari pada jarak antara Ailah dengan Adn. Airnya lebih
putih dari salju, lebih manis dari pada madu yang dicampur susu. Sungguh
gayungnya lebih banyak dari pada jumlah bintang. Aku menghalangi orang-orang
(yang bukan umat beliau) untuk mendekati telagaku, sebagaimana seseorang
menghalangi onta orang lain untuk mendekat ke wadah airnya.
Para sahabat bertanya, ’Ya
Rasulullah, apakah anda mengenaliku di hari itu?’
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ”Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat
sebelumnya. Kalian mendatangiku dalam keadaan putih di wajah dan tangan-kaki,
karena bekas wudhu” (HR. Muslim)
Keterangan:
Ailah adalah nama daerah di ujung utara jazirah arab. Sementara Adn
adalah nama daerah di ujung selatan Yaman, pesisir samudera hindia. (Syarh
Shahih Muslim, Muhammad Fuad ’Abdul Baqi)
Dalam riwayat Muslim dari Anas,
Rasulullah bersabda, ”Tampak di telaga itu ceret-ceret dari emas dan perak,
sejumlah bintang di langit” (HR. Muslim)
Mereka yang Terusir dari Haudh
Telaga yang demikian luar biasa,
penuh kebaikan, ternyata tidak semua bisa menikmatinya. Ada beberapa umat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang tidak bisa mendatangi haudh, apalagi menikmati
kesegaran airnya. Mereka seolah dihalangi, hingga tersesat tidak menemukannya.
Sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berusaha
memanggilnya, agar mendatangi haudh.
Umatku…umatku… beliau berharap agar
mereka bisa turut mendatangi haudh. Hingga beliau mendapatkan jawaban
dari Malaikat, mengapa mereka tidak bisa mendatangi haudh.
Pemandangan menyedihkan ini
disebutkan dalam banyak hadis. Berikut diantaranya,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku berada
di haudh. Menunggu orang yang datang kepadaku diantara kalian. Demi Allah, ada
beberapa orang yang dijauhkan dariku. Sungguh aku memanggil, ‘Ya Rabb, mereka
dariku dan dari umatku.’ Kemudian Dia menjawab, “Kamu tidak tahu apa yang
mereka perbuat setelahmu. Mereka terus kembali mundur (murtad)” (HR.
Muslim)
Dalam hadis dari Abu Sa’id Al Khudri
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Akulah yang pertama kali mendatangi Haudh. Siapa yang menuju
kepadaku akan minum, dan siapa yang minum niscaya tidak akan haus selamanya.
Sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku dan aku mengenalnya dan mereka
juga mengenaliku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi. Akupun mengatakan,
’Mereka umatku.’ Kemudian disampaikan kepadaku, ”Kamu tidak tahu, perbuatan
bid’ah apa yang mereka lakukan setelahmu.” Lalu aku berkomentar, ”Celaka..
celaka orang yang mengubah agama sepeninggalku” (HR. Bukhari & Muslim)
Ibnu Abi Mulaikah, Seorang ulama
tabiin yang termasuk perawi hadis ini, pernah berdoa, ”Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu, jangan sampai aku balik ke belakang (murtad) atau aku terfitnah
sehingga tersesat dari agamaku” (HR. Bukhari)
Mereka Umat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam
Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menjelaskan siapakah orang yang terusir dari telaga
beliau. Mereka termasuk umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
mengenalinya dengan ciri yang ada pada diri mereka. Hingga merekapun beliau
panggil, Umatku… umatku…
Hanya saja, mereka umat beliau yang
menyimpang. Menyimpang dalam amal dan bahkan dalam aqidah. Dengan sebab ini,
mereka terusir dari telaga beliau. Karena dulu ketika di dunia, mereka tidak
menjadikan sunnah beliau sebagai sumber agama. Sehingga di akhirat, mereka
tidak bisa menikmati air telaga beliau yang berkah.
Ibnu Abdil Bar mengatakan, ”Setiap
orang yang berbuat bid’ah dalam masalah agama, merekalah yang akan dijauhkan
dari Al Haudh, seperti khawarij, rafidhah (syiah), dan seluruh ahli
bid’ah. Demikian pula orang zhalim yang berlebihan dalam kezhalimannya dan
berusaha menghapus kebenaran, dan yang terang-terangan melakukan dosa besar.
Mereka semua dikhawatirkan menjadi orang yang disebutkan dalam hadis ini. Allahu
a’lam (Syarh Shahih Muslim An Nawawi, 1/137)
Keterangan yang sama juga juga
disampaikan Al Qurthubi. Beliau menjelaskan, ”Para ulama kami menjelaskan,
semua orang yang murtad dari agama Allah, atau membuat sesuatu yang baru dalam
agama yang tidak Allah ridhoi dan tidak pernah diizinkan oleh Allah, merekalah
orang yang akan dijauhkan dan dihindarkan dari Al Haudh. Orang yang paling
dijauhkan adalah mereka yang menyimpang dari jamaah kaum muslimin dan keluar
dari jalan mereka, seperti khawarij, dengan berbagai sekte sempalan
mereka…demikian pula mu’tazilah dengan berbagai sekte pecahannya. Mereka semua
adalah kelompok-kelompok yang mengubah syariat.
Demikian pula orang yang bertindak
berlebihan dalam melakukan kezhaliman dan menghapuskan kebenaran. Bahkan
membantai orang yang mendakwahkan kebenaran dan menghinakan mereka. Termasuk
mereka yang terang-terangan melakukan dosa besar, dan berjibun maksiat. Juga
kelompok yang menyimpang, pengikut hawa nafsu, dan bid’ah. (At Tadzkirah,
hlm. 352)
Semoga Allah memudahkan kita untuk
mendatangi haudh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bisa menikmati
airnya.
Penulis : Ustadz Ammi Nur Baits,
S.T.
Share this video raih fahala..!!!
Minggu, 19 Oktober 2014
Mengembangnya Alam Semesta ...
Asal mula alam
semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah Pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang
diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa
kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan
alam semesta, beserta dimensi
materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa
yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big
Bang", membentuk keseluruhan alam
semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan
sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern
menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang
dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak
ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi,
bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik,
terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern,
diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka
pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil
menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya
peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta
diciptakan dari ketiadaan.
Edwin Hubble dengan teleskop
besarnya.
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam
ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa
dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini.
Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami
perluasan atau mengembang". Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu
pengetahuan masa kiniDalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang,
alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha
dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan
permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam
semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun,
penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern,
mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus
"mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Pemisahan
Langit dan Bumi
Gambar ini menampakkan peristiwa Big
Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya
dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna
menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima
secara penuh oleh masyarakat ilmiah.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut :
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut :
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)
Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali
berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek
dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa")
satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa
Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam
semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi"
yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang
masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak
sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk
"fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan
dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
Garis
Edar
Tatkala merujuk kepada matahari dan
bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit
atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda benda langit lainnya. Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut :
"Demi langit yang
mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat
sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan
sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut
bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama
jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya
dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain
itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan
baginya.
Semua
benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan
bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua
orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan
cermat. Yang membangun dan
memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.
memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.
Garis edar
di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi
pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang
terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda
angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya.
Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa
satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat
dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop
masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak
jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern.
Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang
angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan
dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita
dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu : karena Al Qur'an adalah firman
Allah.
Disadur
dari HarunYahya oleh Rika Hermawan...
Share this video..earn reward..!!
Langganan:
Postingan (Atom)