Hari Minggu, 13 Oktober 2002 pukul
16.24 wib seorang wanita, sebut saja namanya Fulanah, berumur sekitar 35
tahun datang kerumahku saat aku sedang duduk di teras. Kedatangannya
sangat tiba-tiba. Aku segera matikan rokok yang masih enak aku hisap.
Setelah aku jawab salamnya, kemudian
aku suruh dia masuk. Dia duduk dikursi tamu yang menghadap barat. Tanpa
basa-basi, lalu dia berkata:
“Mohon maaf pak, mengganggu
sebentar, saya ingin minta tolong pada bapak…!”
Aku mengangguk : “…minta tolong apa
bu…? Apa yang bisa saya bantu…?”
Wanita itu mengambil sikap santai,
namun raut wajahnya terlihat pucat, dingin dan…Masya Allaaah…. kedua
matanya itu memancarkan warna merah. Sangat tidak bersahabat ketika kedua
matanya menatap wajahku. Aku berpura-pura tidak memperhatikan
matanya, aku khawatir dia akan jadi tidak santai lagi, tidak nyaman
lagi, tidak akan berkata yang sebenarnya tentang akan apa yang ingin dia
sampaikan kepadaku.
“Mohon maaf ya Pak…!” ucapnya
berulang-ulang. Aku hanya mengangguk saja, masih menunggu kelanjutan ucapannya,
hatiku berkata: apa maksudnya dia berkata seperti itu dengan
berulang-ulang.
“Saya sebenarnya agak sedikti malu
nih…sama Bapak…”
“Memang kenapa, kok malu sama
saya…?” tanyaku. Aku berdoa kepada Allah Swt seperti do’a yang pernah
diajarkan oleh Guruku, Alm. Ust. Ibrohim Ilyas.
“Ya Allah, apa maksud orang ini berkata demikian” kataku dalam hati. Aku
berdo’a pada Allah Swt agar wanita ini mau berbicara sejujurnya, apa
adanya, tidak disembunyikan bila memang betul dia ingin minta tolong
kepadaku.
“Begini pak, saya dulu pernah
tergelincir iman, tergelincir tauhid, tergelincir aqidah…….”
Fulanah menghentikan ucapannya. Aku perhatikan wajahnya
mengeluarkan keringat kecil, dia meremas-remas keduanya tangannya
sendiri. Wajahnya ditundukkan, seolah-olah tidak sanggup untuk
melanjutkan ucapannya itu.
“Maksudnya apa bu…..?” tanyaku pelan
agar dia mau santai lagi untuk berbicara kepadaku.
Fulanah tidak langsung
menjawab, setelah sekitar 5 menit, dia menengadahkan wajahnya, namun tidak mau
menatap aku. Kedua matanya menatap langit.
“…saya pernah bersahabat dengan Nyi Roro Kidul…..pak….” lanjutnya lirih.
“Bersahabat bagaimana maksudnya,
bu….?”
“Ceritanya panjang pak….!”
“Yaaa…, kalau begitu ibu singkat
saja…!” pintaku memberikannya semangat untuk bercerita.
“Sekitar dua tahun yang lalu, saya
pernah dihimpit oleh kesulitan dalam berbisnis. Semua usaha yang saya rintis
selalu kandas, modal saya habis. Barang bisnis saya juga habis. Itulah yang
membuat saya bingung, barang habis tapi uang saya juga habis, modal saya juga
habis. Saya bingung..pak. Bisnis saya memang kecil-kecilan pak…, tapi bisa
menunjang kehidupan keluarga dan rumah tangga saya, apalagi suami saya kena PHK
dari tempatnya bekerja. Bisnis saya adalah berjualan pakaian dengan
cara pembayaran kredit.” Fulanah berhenti sebentar, dia mengambil nafas,
kelihatannya sangat berat nafas itu dihirupnya.
“Saat saya sedang pailit, tiba-tiba
suami saya meninggalkan saya. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Tapi akhirnya
saya tahu juga, itu karena saya bertanya pada mertua saya. Mertua saya
memberi jawaban yang membuat saya hampir tidak percaya,
mertua saya bilang bahwa suami saya meninggalkan saya karena menurut
penglihatan mata suami saya wajah saya buruk dan jelek….” Fulanah menundukkan
wajahnya, dari kedua matanya jatuh air bening,
Aku masih diam, belum mau memberikan reaksi atau sulosi apapun.
“Saya penasaran dengan jawaban
mertua saya, lalu saya bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan saya, dan
ternyata mereka memberikan jawaban yang sama dengan mertua saya…” desis nafas
Fulanah terdengar menghiba.
“…hmmm, ya ya ya….” desisku pelan.
“Saat saya sedang bingung dan
pusing, lalu ada seorang wanita, teman saya, memberikan jalan keluar,
bahwa bila ingin bisnis saya kembali seperti semula, dan agar suami saya mau
kembali lagi pada saya, dia memberikan saran agar saya datang saja ke sebuah
hotel yang terkenal di daerah Jawa Barat dan saya disarankan agar menginap di sebuah
kamarnya yang sering dikunjungi dan dipakai oleh orang-orang yang mempunyai
nasib mirip seperti saya. Saat itu saya tidak menolak sarannya, tapi juga tidak
mengiyakannya…”
Wajah Fulanah semakin pucat,
bibirnya bergetar pelan, lalu dia melanjutkan lagi pengakuannya:
“Setiap hari saya tidak bersemangat melakukan aktifitas apapun termasuk
pekerjaan rumah tangga. Saya pusing dan bingung, kepala rasanya mau
pecah. Setelah beberapa hari kemudian, akhirnya saya nekad mencoba
mengikuti saran teman saya itu. Saya berangkat sendirian ke tempat yang
dimaksudkan oleh teman saya. Sesampainya saya di sana, saya lihat sudah banyak
orang yang sedang duduk, sepertinya mereka sedang mengantri, sebab mereka
duduknya tidak terlalu jauh dari kamar hotel yang populer itu”.
Aku masih diam, mendengarkan
penuturannya yang mulai sedikit lancar.
“Tiba-tiba seorang lelaki tua yang
berperawakan pendek dan gemuk menghampiri saya, dia bertanya kepada saya, apa
maksud dari kedatangan saya ketempat ini”.
Kemudian Fulanah bercerita,
dia mengungkapkan maksud kedatangannya pada lelaki tua yang berperawakan pendek
dan gemuk itu. Setelah melalui pembicaraan yang sedikit rumit, akhirnya
ditemukanlah kata kesepakatan. Fulanah menuruti semua perintah dan
syarat yang diberikan oleh lelaki tua pendek gemuk itu.
Tibalah giliran Fulanah memasuki
kamar hotel itu, dia sendirian. Di dalam kamar hotel yang penuh dengan warna
hijau itu, Fulanah dengan dibimbing kuncen kamar hotel, mengutarakan maksud
kedatangannya pada sebuah foto wanita cantik yang dipasang pada kamar dekat
tempat tidur yang berseprai hijau. Wanita itu hanya berbusana kemben. Ya, tidak
salah lagi, konon gambar wanita cantik itu adalah nyi roro kidul. Sosok wanita
misterius dan mistis yang sering dijadikan tempat pemujaan oleh manusia yang
imannya dangkal bahkan mungkin hilang dari hatinya. Disekitar tempat gambar
foto nyi roro kidul dipajang, Fulanah melihat banyak sekali sajen, ada bunga
setaman, bunga melati, kemenyan, ayam bekakak dan masih banyak lagi. Asap dupa
dari kemenyan yang dibakar oleh kuncen kamar hotel itu membuat sesak
nafas Fulanah. Ingin rasanya dia menutup hidungnya agar asap kemenyan yang bau
dan menyesakkan nafasnya itu terhalang dari hirupan langsung hidungnya, tapi
dia tidak berani, karena dia takut pada juru kunci kamar hotel itu yang
kelihatannya angker.
Fulanah tidak berani menolak setiap ucapan dan bimbingan dari juru kunci kamar
hotel itu. Dia selalu mengiyakan dan menuruti semua perintah sang kuncen.
Waktu berjalan, sekitar 30 menit berlalu, akhirnya Fulanah keluar dari kamar
hotel itu. Kuncen kamar hotel itu memberikan syarat-syarat pada Fulanah bila
ingin keinginannya terkabul, tanpa pikir panjang lagi Fulanah mengangguk dan
mengiyakan saja. Lengkap sudah perjanjian dengan nyi roro kidul.
Dengan mengendarai bus Fulanah
pulang kerumah, dadanya berdebar keras karena di sepanjang perjalanan dia
melihat ada sebuah kereta kencana yang dikendarai oleh tiga orang wanita
cantik mengiringinya. Dia tidak tahu siapakah mereka. Tiga wanita cantik yang
berusia sekitar 20 tahunan itu, terkadang memberikan senyuman kepada Fulanah
saat dia menoleh untuk melihat wanita cantik itu. Dada Fulanah tambah berdebar
saat melihat senyuman lembut dan manis namun penuh daya magis dari tiga
wanita cantik itu. Senyuman mereka penuh dengan daya tarik yang
luar biasa, Fulanah merasakan lemas dan lunglai seluruh persendian tubuhnya.
Kereta kencana yang mengiringi
Fulanah pulang ke rumah posisinya kadang di atas bus, kadang di samping jendela
tempat Fulanah duduk. Makin berdebar dada Fulanah, dia masih belum mengerti
siapa 3 wanita cantik itu. Anehnya, hanya dia saja yang dapat melihatnya, para
penumpang bus yang lain tidak ada yang dapat melihat, bahkan penumpang bus
sebelah Fulanah pun tidak tahu dan tidak dapat melihatnya. Penumpang itu hanya
sempat terkejut pada Fulanah saat Fulanah tersenyum dan menganggukkan
kepala. Fulanah paham, dia segera menetralkan suasana, dia bicara&
nbsp;pada penumpang sebelahnya, bahwa dia terbayang pada sebuah kejadian yang
membuatnya tersenyum. Penumpang sebelah Fulanah pun ikut tersenyum.
Tiga bulan berlalu. Bisnis Fulanah
mulai bangkit, dagangannya laris, duit banyak, suamipun telah kembali lagi,
bahkan suaminya mengatakan bahwa tidak sanggup berpisah dari Fulanah, walaupun
hanya sesaat. Fulanah senang dan bergembira, ternyata usahanya
tidak sia-sia. Namun….disaat yang sama, disaat Fulanah senang, gembira,
ternyata disaat itu pula Fulanah sengsara ! Bagaimana tidak ? Setiap malam
jum’at Fulanah harus membakar kemenyan dengan berbagai macam sajen sesuai
syarat yang diberikan oleh kuncen kamar hotel yang pernah dia kunjungi.
Tempatnya harus dalam satu kamar khusus, tidak boleh dimasuki oleh siapapun,
termasuk suami, anak atau keluarganya. Dikamar itu yang sengaja didesain
mendadak oleh Fulanah, tidak ada benda lain kecuali gambar nyi roro kidul,
pendupaan, kembang, bunga melati, kemenyan, kopi pahit, kopi manis, teh pahit,
teh manis, susu, rokok lisong dan… warna hijau harus mendominasi kamar itu.
Awalnya Fulanah sangat senang
melakukan ritual itu, lambat laun dia jenuh, bosan dan merasa ada beban yang
bertentangan dengan hatinya. Bahkan kewajiban sebagai seorang muslimah untuk
sholat 5 waktu, kini sudah dia tinggalkan. Betapa tidak, setiap Fulanah
berniat untuk sholat 5 waktu itu, maka pada saat itu juga Fulanah ketakutan,
gemetar, menggigil keras, dadanya panas dan kepalanya seperti dipukul
oleh benda yang sangat berat. Akhirnya perintah sholat dari Allah
Swt itu dia tinggalkan.
Pernah suatu kali Fulanah tidak
melakukan ritual di malam jum’at, dia cuma malas dan bosan saja sebenarnya,
tapi apa yang terjadi…? Fulanah sakit 7 hari, dia jadi pemarah pada siapapun
dan mengalami kejadian yang membuat dia sengsara secara lahir atau
bathin. Saat dia bercermin ternyata kedua matanya memancar warna merah yang
menakutkan. Fulanah tambah ketakutan, apalagi dia pernah muntah darah, padahal
dokter yang memeriksa dan mengobatinya mengatakan bahwa dia sehat, tidak ada
penyakit apapun.
Bila mendengar suara adzan dari
mesjid, televisi, radio atau dari manapun, hati dan telinga Fulanah kepanasan.
Dia menjerit histeris karena tidak tahan mendengar suara adzan.
Seringkali Fulanah mengalami gugur
kandungan, padahal jabang bayi yang ada dalam rahimnya sudah berusia 3 bulan,
dan ketika diperiksa oleh dokter kandungan ternyata rahim Fulanah masih kuat,
tetapi kenapa selalu keguguran.., begitulah pertanyaan keluarganya.
Dua tahun Fulanah didera penderitaan
itu, sampai akhirnya dia datang kepadaku untuk meminta tolong agar aku
mengobati penyakit bathin dan penyakit anehnya itu.
“Insya Allah, dengan ijin dari Allah
Swt saya akan menolong ibu…” jawabku dengan mantap.
Aku segera menghubungi anak guruku,
Ust. Ahmad Ferdi untuk bersama-sama membantu dan menolong Fulanah. Sesuai
dengan perjanjian, aku dan Ust. Ahmad Ferdi datang kerumah Fulanah. Belum
sampai masuk ke rumahnya, dari jarak 10 meter Ust. Ahmad Ferdi melihat 3 makhluk
jin wanita, semuanya cantik berbusana warna hijau. Wajah mereka seperti kembar.
Satu dibelakang tubuh Fulanah dan 2 nya lagi berada di kamar yang sering
dipakai Fulanah untuk melakukan ritual khusus pada setiap malam jum’at.
Tanpa basa-basi lagi aku segera
menangkap jin-jin itu.
“Laailaaha illalloooh…!” jin-jin itu
aku tangkap. Aku ikat dengan ikatan ghoib, mereka tidak ada yang melawan.
Lalu kami sidang:
“Siapa kalian…?” tanyaku.
“Apa urusan kamu ?” jawab jin itu
bersamaan.
“Kami hanya ingin tahu saja…”
“Kami dari pantai selatan. Apa
maksud kalian menangkap dan mengikat kami…?”
Aku tidak menjawab pertanyaan
jin-jin itu, tapi aku tambah lagi dengan pertanyaan yang lain:
“Sudah berapa lama kalian berada di
tubuh ibu ini dan di rumah ibu ini…?”
“Dua tahun…!”
“Siapa yang menyuruh kalian datang
dan berada di rumah dan tubuh wanita ini..?”
“Ratu kami, atas permintaan wanita
itu…” jawab salah satu jin sambil menunjuk pada Fulanah.
“O…begitu, siapa nama ratu kalian…?”
“nyi roro kidul !”
“roro kidul…?” tanyaku agar lebih
jelas.
“iya…”
“Sekarang ratu kalian sedang di mana..?”
“Di singgasananya, di pantai
selatan…”
“Apakah kalian bisa mengundang ratu
kalian untuk datang ke sini…?”
“Untuk apa…?”
“Ingin berkenalan saja…,” jawabku
santai demi mengecoh jin-jin itu. Aku pikir kalau aku menjawab dengan
sebenarnya pastilah jin anak buah nyi roro kidul ini tidak akan mau menuruti
permintaan kami. Padahal niat kami adalah ingin “MENUNTASKAN” sampai
keakar-akarnya.
“Bagaimana, kalian mau mengundang ratu
kalian ke sini….?”
“ratu kami tidak bisa datang…” jawab
salah satu jin di antara mereka.
“Kenapa…?”
Mereka tidak menjawab. Aku sudah
menduga, bahwa jawaban jin anak buah ratu kidul ini penyebabnya karena
mereka takut pada ratunya saja.
“Baiklah, kalau begitu kami yang
akan memanggil ratu kalian…”
“Jangan…! nanti kami dapat
hukuman…!”
“Hukuman apa yang akan kalian dapat
dari ratu kalian…?” tanyaku mengorek.
“Kami akan dicambuk berkali-kali
karena telah melanggar perjanjian dengan dia…”
“Perjanjian apa itu…?”
“Kami harus patuh dan taat pada ratu
kami apapun masalah dan kejadiannya, diantaranya adalah kami dilarang untuk
mengundang kanjeng ratu bila sedang berhadapan dengan bangsa manusia…”
jawab satu jin diantara mereka dengan menyebut roro kidul dengan kanjeng
ratu.
Tanpa minta persetujuan lagi
dari jin-jin itu, lalu aku dan Ust. Ahmad Ferdi membaca amalan yang telah
diajarkan oleh guru kami Alm. Ust. Ibrohim Ilyas.
Kira-kira 5 menit, tiba-tiba angin berhembus pelan dan lembut. Saat angin
berhenti dari hembusannya, lalu muncullah sosok makhluk ghoib berkelamin wanita
di hadapan kami. Makhluk ghoib ini berbusana seperti busana wanita kraton, dia
hanya berkemben dengan motif kembang di sekitar ujung kainnya, warnanya hijau.
Ada selendang hijau tipis yang diikat di pinggangnya yang ramping. Dikepalanya
ada mahkota emas. Rambutnya hitam terjurai sampai ke pantat. Tangan
kirinya memegang tongkat warna emas, diujungnya ada mahkota emas pula. Usianya
sekitar 25 tahun. Parasnya cantik melebihi kecantikan dari 3 jin yang
sudah kami tangkap dan ikat tadi. Dari tubuhnya tercium bau wangi seperti
bunga melati. Dia datang sendirian.
“Ada perlu apa kalian memanggil
aku…?” tanya wanita ghoib itu pada kami.
“Kamu siapa…?” jawabku balik
bertanya kepadanya.
“Nyi Roro Kidul…!”
Subhaanalloh, ternyata amalan dan
do’a yang telah diajarkan oleh guru kami khususnya untuk memanggil makhluk
ghoib sebangsa roro kidul ini sangat ampuh. Kami mengamati makhluk ghoib yang
memperkenalkan dirinya sebagai nyi roro kidul itu.
Aku dan Ust. Ahmad Ferdi tidak
terkejut, biasa saja. Kami sudah menduga sebelumnya bahwa roro kidul akan
datang, meskipun anak buahnya melarang kami untuk memanggilnya.
Ust. Ahmad Ferdi dan aku kembali
membaca amalan dan do’a yang telah diajarkan oleh guru kami, dan hasilnya…..?
Masya Allaaah…..makhluk ghoib yang mengaku sebagai nyi roro kidul itu langsung
berubah wujud dan penampilannya secara 360 derajat.
Makhluk ghoib yang mengaku roro
kidul itu kini berwujud dan berpenampilan menjadi nenek-nenek yang aku perkirakan
usianya ratusan tahun. Wajahnya yang cantik kini berkeriput pucat. Mahkota di kepalanya
kini hilang dan menjadi gumpalan rambut gimbal yang diikat keatas. Bau tubuhnya
amis dan anyir, aku hampir muntah saat mengendusnya. Tongkat
emasnya menjadi sebuah tongkat kayu biasa yang berwarna hitam lapuk. Mulutnya
yang semula manis tersenyum kini menjadi mulut nenek-nenek yang sudah hilang
semua giginya. Aku malas melihat senyumannya yang jelek, apalagi dia juga
ketawa dengan cekikikan yang sumbar…wuah tambah jelek saja makhluk ini,
gerutuku dalam hati.
Dan…jin-jin anak buahnya yang telah
aku tangkap serta aku ikat tadi, ternyata merekapun semuanya telah berubah
wujud dan penampilannya. Wujud dan penampilan mereka lebih jelek lagi jika
dibandingkan dengan makhluk ghoib yang mengaku roro kidul itu.
Astaghfirulloh…makhluk ghoib semacam
ini kenapa dipuja-puja oleh manusia? Bukankah manusia itu lebih tinggi
derajatnya jika dibandingkan dengan mereka para jin, apalagi jin kafir?
Begitulah gumamku dalam hati.
“Begini hai roro kidul…” kataku
dengan tidak memanggil dia dengan nyi roro kidul, atau ratu kidul atau kanjeng
ratu. Hal itu sengaja aku lakukan, sebagai bagian dari keyakinanku bahwa
manusia derajatnya lebih tinggi dari pada jin.
“Kamu dan anak buahmu ini yang tiga,
kami minta kalian jangan menggoda dan membujuk bangsa manusia untuk ikut dalam
kelompok kalian. Kamu lihat wanita ini ? dia sengsara karena telah bersekutu
dengan kalian…!” kataku lagi sambil menunjuk pada Fulanah yang sedang menggigil
hebat.
“Memang kenapa ?” tanya roro kidul
datar.
“Ketahuilah, bahwa kalian dan bangsa
kalian telah banyak menyesatkan umat manusia terjerumus kedalam lembah syirik
!” jawabku mantap sambil mengencangkan perutku.
“Apa itu musyrik…?” tanya roro
kidul.
“Syirik adalah dosa yang sangat
besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Swt”.
“Seperti apa dosa syirik itu..?”
tanya roro kidul lagi.
“Bila ada manusia yang memuja dan
mempercayai sesuatu selain Allah, kemudian dia menganggapnya sebagai
tuhan sesembahan, maka dia telah berbuat syirik. Kenapa syirik ? karena
manusia telah menganggap ada tuhan lagi selain Allah Swt. Bila manusia
atau bangsa jin, melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rosul-NYA, maka itulah syirik. Allah Swt dan Rosul-NYA mengajarkan
tentang KEESAAN ALLAH SWT, kalau ada makhluk yang menentang tentang
KEESAAN ALLAH berarti dia telah SYIRIK. Kalau ada manusia percaya, dan selain
percaya mereka juga memuja kamu, menyembah kamu bangsa jin, itu syirik.
Pemujaan dan penyembahan bangsa manusia kepada bangsa jin bermacam-macam&nb
sp;bentuk dan wujudnya. Ada yang dalam bentuk minta kekayaan pada bangsa jin,
atau minta agar cepat naik pangkat, minta perusahaan menjadi besar, minta
karier naik, minta menjadi jagoan, minta kekebalan, minta menjadi sakti
mandraguna, minta menjadi pendekar yang ditakuti oleh semua orang,
minta keselamatan dan masih banyak lagi permintaan yang lainnya yang
ditujukan kepada bangsa jin” jawabku mengalir begitu saja.
“Saya tidak pernah mengajak umat
manusia untuk ikut dalam kelompok kami, apalagi mengajak pada kemusyrikan…”
jawab roro kidul datar, seolah tidak merasa bersalah.
“Lalu kejadian dan fakta yang ada
pada bangsa manusia, seperti masalah ibu Fulanah itu apa..? jawabku sedikit
gregetan.
“Mereka sendirilah bangsa manusia
yang datang dan meminta kepada saya. Karena manusia telah meminta,
maka saya mengabulkan permintaan mereka dengan syarat harus memenuhi
permintaan saya pula..” jawab roro kidul.
“Apa itu permintaan kamu…? tanyaku
mengejarnya.
“Memberikan sajen untuk saya…”
“Apa bentuk sajen yang kamu minta
pada manusia yang telah memuja dan menyembah kamu?”
“Macam-macam, tergantung jenis
dan golongan manusianya…”
“Apa maksud kamu….”
“Kalau dia nelayan, maka saya
menyuruhnya untuk melarung sajen kelaut sebagai persembahan semacam upeti
khusus untuk saya. Bila manusia yang telah meminta kepada saya kemudian dia
melarung sajen kelaut tapi tidak mempersembahkannya untuk saya, maka saya tidak
akan mengabulkan permintaan mereka. Saat itu saya marah dan kesal pada manusia
semacam itu. Terhadap mereka saya akan memberi rasa takut yang teramat
sangat menghantui pikirannya, bahkan sampai kedalam hatinya, hal yang demikian
saya maksudkan agar mereka percaya kembali kepada saya. Saya akan mengutus anak
buah saya untuk masuk kedalam tubuh manusia yang berada di sekitar mereka…”
“Maksud kamu… manusia yang dimasuki
anak buah kamu itu jadi kesurupan…?”
“Ya ! “ jawab roro kidul sedikit
sombong sambil menganggukkan kepalanya.
“Lalu setelah itu…?”
“Anak buah saya itu saya perintahkan
untuk berbicara melalui mulut orang yang dimasukinya itu, bahwa setiap
bencana yang terjadi di laut, gunung, hutan bahkan di berbagai alat
transportasi adalah karena perbuatan saya bersama anak buah saya. Kami
katakan kepada bangsa manusia bahwa semua itu disebabkan karena
manusia sudah tidak mau lagi menuruti perintah saya.”
Aku dan Ust. Ahmad Ferdi
menggelengkan kepala. Aku lihat Fulanah kedinginan, badannya bergetar keras,
bibirnya bergeretak.
“Manusia mana saja yang menjadi
sasaran untuk kamu masuki tubuh dan jasadnya?”
“Semuanya, semua lapisan….kami
tidak pernah pilih-pilih.”
“Apa agama kamu…?”
“Saya tidak beragama…”
“Apa ? tidak beragama ?” pengakuan
roro kidul ini membuat aku dan Ust. Ahmad Ferdi tidak percaya.
“Kami telah sering mendengar
dari orang-orang yang telah bersahabat dengan kamu, berkelompok dengan kamu,
bahwa menurut mereka kamu itu adalah makhluk yang suci, berhati baik dan bersih
dan beragama islam. Benar demikian…?” tukasku menjelaskan pada roro kidul.
“Salah !” jawab roro kidul ketus.
“Astaghfirullohal ‘azhiim…..”
gumamku dengan keras berbarengan dengan Ust. Ahmad Ferdi.
“Panaaaaas…..” tiba-tiba roro kidul
dan 3 jin anak buahnya itu menjerit keras sambil menutup kedua telinganya
ketika mendengar ucapan istighfar kami. Fulanah juga demikian, dia
menutup kedua telinganya, dan sedikit menjerit.
Singkat cerita, setelah melalui
proses sidang yang lama dan cukup panjang, adu argument yang rumit, lalu kami
berdakwah kepada roro kidul. Aku menyuruh dia dan seluruh anak buahnya
agar bertaubat sebelum Allah Swt memberikan hukuman yang sangat keras kepada
makhluk yang telah berbuat kemusyrikan. Kami himbau pula untuk masuk agama
Islam. Roro kidul menolak, setelah berulang kali kami menghimbau dan
mengajaknya namun selalu saja ditolaknya, lalu kami memutuskan untuk
MENGISTIRAHATKAN AKTIFITAS roro kidul di pentas kemusyrikan.
Kami bacakan ayat-ayat Al Qur’an
lalu ditambah dengan Asmaul Husna sesuai dengan amalan dari guru kami dengan
jumlah tertentu, kami lihat 3 jin anak buah roro kidul bergandengan tangan
menghimpun kekuatan untuk melawan kami. Kami terus membaca amalan dari guru
kami, lalu 3 jin wanita tersebut menjerit kepanasan. Saat melihat anak buahnya
menjerit, lalu dengan serta merta roro kidul bergabung dengan 3 anak buahnya
itu, mereka bersatu menghimpun kekuatan. Aku dan Ust. Ahmad Ferdi terus membaca
ayat-ayat Al Qur’an dan Asmaul Husna, kali ini kami baca dengan suara sedikit
keras daripada sebelumnya, aku perhatikan mulut roro kidul dan 3 anak buahnya
itu mengeluarkan darah hitam, baunya sangat anyir menyengat,
dan……kira-kira 3 menit kemudian, 3 anak buah roro kidul terbakar,
tidak lama kemudian mereka MATI. Tubuh mereka hangus dan hancur.
Kini hanya tinggal roro kidul
sendirian yang masih bertahan terhadap GEMPURAN kami. Aku memberikan isyarat
kepada Ust. Ahmad Ferdi agar kami mengeluarkan pedang ghoib. Dia setuju. Lalu
kami berdoa pada Allah Swt agar amalan dari guru kami yang akan kami baca
menjadi PEDANG GHOIB. Setelah sekian kali kami membaca dengan jumlah tertentu,
lalu muncullah di telapak tangan kanan kami sebuah pedang ghoib berwarna
transparan. Panjangnya sekitar 5 meter, lebarnya 30 cm, kemudian secara
bersamaan aku dan Ust. Ahmad Ferdi menebas leher roro kidul…..
“CRAAAS…!” putuslah kepala roro
kidul dari lehernya. Darahnya bercucuran di tanah, baunya anyir memuakkan. Aku
dan Ust. Ahmad Ferdi menutup hidung kami masing-masing agar bau darah
roro kidul yang anyir itu tidak masuk kelubang hidung kami.
Tubuh roro kidul yang sekarang sudah
tidak berkepala itu terhuyung-huyung, tidak lama kemudian dia ambruk ke tanah
dengan mengeluarkan suara keras : Gedebrug ! Dia menggelepar !
Kemudian aku dan Ust. Ahmad Ferdi
membaca lagi ayat-ayat Al Qur’an, daaan…..tubuh roro kidul itu sekarang
terbakar, dia bergerak-gerak kesakitan mirip dengan seekor ayam yang habis
dipotong. Tubuhnya dibanting, melompat-lompat tanpa arah. Kira-kira 5 menit
kemudian, akhirnya tubuh roro kidul itu HANGUS DAN HANCUR SEPERTI DEBU.
Shodaqollohul’azhiim. Amiin Ya
Robbal’aalamiin.
Kepada Fulanah kami
mengingatkan dan mengajaknya untuk kembali kejalan yang benar, tinggalkan
semua maksiat dan dosa syirik, kami sarankan untuk segera bertaubatan nasuuha.
Fulanah mau, dengan disaksikan oleh
kami, dia berjanji pada Allah saat itu juga, bahwa dia bertaubat dari jalan
yang sesat itu.
Alhamdulillah, kami berdoa semoga Allah Swt menerima taubatnya Fulanah,
diampunkan dosa dan kesalahannya yang telah lalu, dan semoga pula Allah tetap
memberikan taufiq dan hidayah.
Aku berikan nasehat kepada Fulanah, bahwa
roro kidul itu adalah jin yang sesat dan menyesatkan, banyak manusia yang
terkecoh dan terjerumus kedalam kemusyrikan ketika mereka memuja dan menyembah
roro kidul. Janganlah sekali-kali mendekati apalagi bersahabat dengan bangsa
jin, apalagi jin sejenis roro kidul. Mereka pandai dan licik, sehingga
manusia yang dikelabuinya tidak pernah menyadari kalau mereka telah bersekutu
dengannya. Fakta membuktikan, bahwa banyak manusia yang menyokong, mendukung
bahkan membela roro kidul dengan berbagai argument yang sepertinya benar
tetapi sebenarnya salah, sesat dan menyesatkan.
Sampai bulan Oktober 2010 ini kami
masih saja mendengar dari orang-orang tentang keberadaan dan eksistensi roro
kidul, bahkan masih saja ada orang yang mengaku telah bertemu dan berkomunikasi
dengan roro kidul. Ada yang mengaku berteman roro kidul, adapula yang mengaku
telah mengalahkan roro kidul hingga roro kidul takluk padanya. Ceritanya bervariasi
dan terkesan mengagumkan. Astaghfirullahal ‘azhiim.
Menurut kami, bila setelah kisah nyata
ini (Minggu, 13 Oktober 2002) ada orang yang mengaku masih bertemu dengan roro
kidul, ketahuilah bahwa mereka sebenarnya bukan bertemu dengan roro kidul
asli, tapi dengan jin lain yang mengaku-aku sebagai roro kidul. Itulah jin
qorin dari roro kidul. Kenapa demikian? Yah, karena RORO KIDUL
ASLI TELAH KAMI ISTIRAHATKAN UNTUK SELAMA-LAMANYA DARI DUNIA
KESYIRIKAN. KAMI DAPAT MELAKUKAN SEMUA ITU KARENA ADANYA MAUNAH, IJIN DAN
PERTOLONGAN DARI ALLAH SWT. DAN BUKAN KARENA KEMAMPUAN KAMI MAKHLUK YANG DHOIF
DISISI ALLAH SWT.
Anda yang membaca kisah nyata kami
ini, kami beri kebebasan dalam menyikapinya. Anda boleh percaya atau tidak
percaya. Tapi ketahuilah, bahwa kisah ini benar-benar telah terjadi.
Memang kejadian ini belum pernah aku
tulis apalagi dipublikasikan, semula aku berpikir tidak terlalu penting, tapi
ketika aku melihat fenomena BAHAYA tentang roro kidul itu semakin menjadi-jadi
pada semua lapisan masyarakat, maka dengan memohon kepada Allah Swt agar aku
diberikan kekuatan dan kemampuan dalam berdakwah lewat tulisan yang ditaruh di
internet, juga dalam rangka AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNGKAR, aku segera saja
menulis kisah ini dengan tetap bersandar pada pertolongan Allah Swt.
ALHAQQU MIN ROBBIKA FALAA TAKUUNANNA
MINAL MUMTARIIN
“KEBENARAN ITU (DATANGNYA) DARI TUHANMU, MAKA JANGANLAH KAMU TERMASUK
ORANG-ORANG YANG RAGU (DENGAN KEBENARAN)”
Al QUR’AN SURAT AL BAQOROH : 147
Semoga ada manfaatnya, setidaknya
bisa dijadikan sebagai wawasan.
(UST. DJONAKA AHMAD dan UST. AHMAD
FERDI)
Share this video raih fahala..!!
ok