Jumat 11 Muharram 1435 / 15 November
2013 14:01
“Ketahuilah, aku hampir saja
dipanggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan tersebut. Sesudahku
kelak kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata berdasar landasan
ilmu dan berbuat berdasar landasan ilmu. Mentaati mereka merupakan ketaatan
yang benar kepada pemimpin, dan kalian akan berada dalam kondisi demikian
selama bebarapa waktu lamanya.
Setelah itu kalian akan dipimpin
oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan
berdasar landasan ilmu. Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka,
dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain.
Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan
kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik di antara
mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat buruk di antara
mereka sebagai orang yang berbuat buruk. ” (HR. al-Thabrani dan Al-Baihaqi.
Syaikh Muhammad Nashirudien al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam
Silsilah alAhadits al-Shahihah no. 457.)
Dari Abu Sa’id r.a. dan Ibnu Umar
r.a. keduanya berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya
menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka
menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa
mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik
pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu Hibban, Abu Ya’la, dan
al-Thabrani. Syaikh Muhammad Nashirudien al-Albani menyatakan hadits in; shahih
dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah no. 360.)
KETIKA beliau menyampaikan
pesan-pesan di atas kepada pada sahabat, barangkali tidak terbayang seperti apa
yang akan terjadi pada kepemimpinan manusia sepeninggal beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Para sahabat yang berada di sekeliling beliau adalah
manusia-manusia langit yang diakui kejujuran dan ketulusannya dalam mengemban
amanah agama. Allah Azza wa Jalla telah memuji mereka di dalam kitab-Nya, juga
meridhai mereka dan memerintahkan kaum muslimin sepeninggalnya untuk mendoakan
mereka dan memohonkan ampunan untuk mereka.
Dalam kondisi seperti itu, temyata
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menubuwatkan akan
berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat kontras dengan apa yang disaksikan
oleh para sahabat; para pemimpinnya adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih
jahat daripada kaum Majusi.
Hingga datangnya era Khulafaur
rasyidin,Rapa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat
itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita
sebagai manusia akhir zaman- mendengar nubuwat menyaksikan kebenaran nubuwat
tersebut. Dan kitapun menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah
dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu
dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Inilah zaman yang diingatkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Barangsiapa menjadi penasehat
mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan
membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secarafisik,
namunjanganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa
yang berbuat baik diantara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang
yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.
Ya, betapa gambaran itu sedemikian
nyata di hadapan kita. Lihatlah kebijakan dan putusan yang ditetapkan oleh
kebanyakan mereka, hampir semuanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan
berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Kebijakan dalam pendidikan, dalam hak-hak
wanita, dalam ekonomi, industri, hubungan antar penganut agama dan kebijakan
melindungi syari’at Islam, semuanya tidak didasarkan pada nash-nash syar’i.
Maka, sudah sepatutnya bagi setiap
muslim untuk berpikir panjang jika harus masuk dalam barisan mereka, entah menjadi
juru tulisnya, menterinya, tentaranya, penasehatnya, pengawalnya, supir
pribadinya, bahkan sekedar menjadi tukang kebunnya. Sebab, keridhaan seseorang
untuk diatur oleh para pemimpin yang jahat sama dengan meridhai sebuah
kejahatan, melanggengkan keburukannya, dan keduanya dihukumi telah berserikat
dalam keburukan.
Dalam kepemimpinan sebuah lembagapun
bisa terjadi
Dalam skala yang lebih kecil
larangan untuk beketja pada pemimpin dzalim juga bisa terjadi pada sebuah
lembaga usaha. Pabrik, toko, supermarket, jasa layanan, percetakan, industri
atau usaha apapun; sangat berpeluang untuk tetjadinya apa yang dinubuwatkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas. Kita bisa melihat berapa
banyak umat Islam yang bekerja di sebuah pabrik atau instansi – baik milik
pemerintah maupun swasta – yang hak-hak beribadah mereka dikekang dan dikebiri.
Mereka tidak diperintahkan untuk
bisa melaksanakan shalat berjama’ah, bahkan terkesan dilarang dan dipersulit.
Kesempatan untuk mengaji kitabullah menjadi terbatas, bahkan dihalang-halangi.
Untuk kaum wanitanya lebih mengenaskan. Berapa banyak pabrik, toko, swalayan
dan lembagalembaga bisnis yang melarang para pekerja wanitanya untuk menutup
aurat.
Bahkan yang terjadi adalah
sebaliknya. Standar berpakaian haruslah yang mengumbar aurat, gaya dan cara
berdandannya mengikuti tradisi jahiliyah dan budaya barat. Jangan tanya soal
ibadah atau upaya meningkatkan ketaatan kepada Allah di lembaga-lembaga seperti
ini. Amat jauh dari harapan semua itu bisa terjadi. Jadi, betapa tepatnya apa
yang beliau sabdakan:
“Benar-benar akan datang kepada
kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai
orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari
awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia
menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.”
(HR. Ibnu Hibban, Abu Ya’la, dan Ath-Thabrani. Syaikh Muhammad Nashirudien
AI-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah AI-Ahadits Ash-Shahihah
no. 360). [Sumber: 100 Hadits Tentang Nubuwat
Akhir Zaman, oleh: Abdur Rahman Al-Wasith/akhir zaman]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar