Masuk
Surga Tidak Cukup Dengan ''Iman'' Saja
Oleh:
Badrul Tamam
Al-Hamdulillah,
segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam teruntuk
hamba dna utusan-Nya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga
dan para sahabatnya.
Jika
kita perhatikan isi Al-Qur'an, kita akan tahu, Allah 'Azza wa Jalla telah
mewajibkan atas kaum mukminin untuk beramal setelah mereka beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya. Allah tidak akan memuji dan memberikan keridhaan kepada mereka
serta memasukkan mereka ke dalam surga dan menjauhkan mereka dari neraka
kecuali dengan iman dan amal shalih. Allah telah menggandengkan amal shalih
bersama iman. Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman
semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih ke dalam imannya. Jadilah iman
seseorang itu tidak sempurna kecuali ia membenarkan dengan hatinya, mengucapkan
dengan lisannya, dan mengamalkan iman dengan anggota badannya.
Ada
sekitar 59 ayat Al-Qur'an yang menerangkan bahwa Allah 'Azza wa Jalla tidak
memasukkan kaum mukminin ke surga dengan pengakuan iman semata, tetapi dengan
rahmat dan taufiq-Nya kepada mereka berupa iman dan amal shalih.
. . . Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman
semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih ke dalam imannya. . .
Allah
Ta'ala befirman,
وَبَشِّرِ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih,
bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)
وَمَنْ
يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ
الْعُلَى
"Dan
barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh
telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh
tempat-tempat yang tinggi (mulia)." (QS. Thaahaa: 25)
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang
siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
"Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
. . . berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan
semata. Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan
keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. . .
Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah mewanti-wanti hambanya agar tidak beragama
seperti orang Ahli kitab terdahulu. Beragama mereka berhenti pada klaim dan
kebanggaan semata. Mereka tidak ikuti iman tersebut dengan ketundukan diri
untuk taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
وَقَالَتِ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ
يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ
"Orang-orang
Yahudi dan Nasrani mengatakan:"Kami ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu
karena dosa-dosamu?"." (QS. Al-Maidah: 18)
Imam
Qatadah, al-Dhahak, dan selainnya berkata: Kaum muslimin (para sahabat Nabi) dan
ahli kitab saling berbangga. Ahli Kitab berkata, "Nabi kami sebelum nabi
kalian dan kitab kami sebelum kitab kalian, karenanya kami lebih mulia di sisi
Allah dari kalian." Kaum muslimin menjawab, "Kami lebih mulia di sisi
Allah daripada kalian karena nabi kami adalah penutup para nabi dan kitab kami
menjadi pemutus atas kitab-kita sebelumnya." Kemudian Allah turunkan,
لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ
بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
"(Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula)
menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat
pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." (QS.
Al-Nisa': 123)
Kemudian
Allah sebutkan siapa yang akan mulia di sisi Allah dan berhak memasuki surga-Nya,
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang
siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
Kesimpulannya,
berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus
ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk
mengerjakan ketaatan dan amal shalih. Siapa yang sedikit amalnya tidak akan
menjadi mulia hanya karena keturunannya, jabatannya, atau kekayaannya. Wallahu
Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar